Langsung ke konten utama

Suasana Dzuhur

Saya sangat tertarik dengan mushola-mushola kecil di perkampungan yang kadang terlihat unik untuk dibuat sebuah karya, karna keberadaannya yang seharusnya menjadi tempat yang ramai pada waktu-waktu sholat, tapi kenyataanya sangat sepi apalagi pada saat waktu dzuhur hanya terlihat satu orang atau dua orang yang sudah lanjut melaksanakan adzan dan kadang terlihat sholat pun sendirian, karna mungkin waktu dzuhur waktu yang dipakai beristirahat oleh orang-orang yang bekerja sehingga siang hari yang panas membuat orang enggan beranjak ke mushola atau masjid hal yang sangat di sayangkan.

Suasana sepi dan tenang dengan semilir angin yang lembut memberikan kesegaran karna terik matahari pada siang hari, diantara pepohonan yang rimbun dan beberapa rumah penduduk yang penghuninya enggan keluar sehingga tidak ada orang yang lalu-lalang pada waktu itu, suara adzan dari muadzin yang sudah tua, bersahutan dengan suara adzan dari tempat lain yang terdengar sayup-sayup, seolah -olah menjawab panggilan adzan dan berzikir kepada Allah sang pencipta dan pengatur ‘alam denganterdengarnya kicauan burung, gemerisik daun yang tertimpa angin lembut dan suara alam yang lain.

Air di dalam kubangan, yang tertampung karna hujan semalam menambah kesejuakan siang itu, mengantarkan kekhusuan orang yang melaksanakan kewajibannya menghadap tuhannya.(Berminat dengan lukisan-lukisan Tyas Febrian Rachman silahkan hubungi No WA : 081398421801, https://m.facebook.com/tyasfrachman, https://www.instagram.com/tyasfrachman/, https://m.facebook.com/YasRachman/)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gunung Gede Ketika Fajar

  Tahun 2017 adalah tahun dimana saya memulai malakukan pendakian, satu persatu gunung-gung dijawa barat dan jawa tengah saya daki, sehingga pada tahun 2021 selesai lah semua gunung dengan ketinggian 2800 mdpl ke atas telah saya daki, namun diantara gunung-gunung tersebut ada yang spesial bagi saya yaitu gunung gede, mungkin karena gunung ini ada dikota saya (sukabumi) dan juga ada cerita mengenainya, sejak smp sampai pada tahun 2017 saya berumur 31 tahun selalu gagal mendaki gunung itu atau istilahnya gak pernah kesamapaian, lalu pada 2017 lah Alhamdulillah kesampaian, sebelum melakukan pendakian beberapa bulan sebelumnya kami melakukan latihan dengan mendaki bukit setinggi 800 mdpl bukit itu bernama karang numpang, dari bukit ini bisa terlihat seluruh kota sukabumi, kami pun menginap semalam dengan cuaca yang cerah di waktu subuh kita melihat kesebelah utara gunung gede dengan gagahnya terlihat berwarna hitam kemerahan karena fajar mulai menyingsing, dibawahnya suasana kota sukab...

Hamparan Membiru

  Lukisan seascape ini masih terhubung dengan dua lukisan sebelumnya tentang geopark ciletuh, salah satu faktor ide yang masih melekat tentang geopark ciletuh ini adalah laut, saya ingin secara khusus membuat pantai yang berbatu dan laut lepas dengan gulungan ombaknya, pada waktu itu saya melihat langit dan laut berwarna biru yang terhampar luas, pembatas keduanya hanya garis horizon, hamparan yang membiru dan semakin membiru dengan semilir angin laut dan gulungan ombak, buih-buih air karena deburan ombak menimpa batu membuat nya terlihat harmonis dalam satu kesatuan, saya melukis lukisan ini dengan ukuran kecil karena hanya ingin juga menonjolkan hal kecil, namun saya buat prespective yang meluas dengan pengaturan awan yang berjajar menjauh, sebenarnya seascape tidak begitu disukai oleh saya untuk dilukis namun waktu itu saya ingin melukisnya. Berminat dengan lukisan-lukisan Tyas Febrian Rachman silahkan hubungi  No WA : 081398421801,  Facebook : https://m.facebook.com/...

Yang Tersisa Dari Pasir Piring

  Waktu saya berumur belasan tahun saya berguru ilmu hikmah (kebatinan) kepada seorang guru, dia sering menceritakan perjalanan bergurunya mengelilingi pulau jawa untuk mengumpulkan semua ilmu kebatinan itu, ada yang selalu teringat akan ceritanya ketika dia melakukan perjalanan tersebut ke daerah jampang diselatan sukabumi yang mana tentunya melewati hutan bernama pasir piring, pada waktu itu pasir piring (mungkin tahun 50 atau 60an) adalah hutan yang lebat dan angker, ketika beliau melawati hutan tersebut saking masih asrinya waktu itu dia dicegat seekor ular besar sebesar batang kelapa yang dengan santainya melintas, terpaksa dia diam saja menunggu ular itu melintasi jalan yang membelah hutan tersebut. Cerita ini sebenarnya tidak begitu spesial namun ketika tahun 2017 saya pergi ke jampang kulon untuk menjenguk adik yang istrinya melahirkan, lalu ketika pulang saya berhenti di daerah hutan tersebut lalu teringat lah cerita guruku tersebut, dari ceritanya kita bisa ambil kesimpul...